Beberapa Puisi untuk Siapa pun yang Sedang Berulang Tahun

DATANGLAH DI TEMPATKU

Gemintang adalah lampu yang akan menyinari dan menuntunmu di atas pematang sawah. Sungai-sungai kecil, barangkali, menjadi tempatmu membasuh kenangan yang berwarna kecokelatan.

Aku bisa menuntunmu kemudian mencintai jalanan yang disesaki kerikil-kerikil kecil dengan rerumputan hijau di tepinya. Menyaksikan pepohonan yang bergurau dengan angin. Barangkali kau bisa melupakan lampu-lampu kota yang lebih hijau dari pohon-pohonnya.

Kau bisa menghirup kehidupan dan menonton embun-embun yang tersenyum menggelayut di dedaunan perdu depan rumah. Menyesap teh dari gelas yang mencintai jemarimu.

Dengan telepon genggammu, kau pasti mengabari pada dunia bahwa pasir putih yang kau jejaki telah menjadi sahabatmu. Tidak usah cemas, bakau akan melindungimu di tepian pantai kala matahari hendak mengecup keningmu.

Aku mengundangmu menghadiri pemakaman kesibukan yang terpanggang di setiap sudut kotamu. Datanglah suatu waktu, kita bisa menghabiskan senja sambil bercanda di bawah pohon langsat.

Luwu, 2016

PEREMPUAN DAN JATUH CINTA

Di sebuah keramaian—sebut saja pasar malam—pengunjung datang dengan penampilan terbaiknya. Lelaki dan perempuan gampang jatuh cinta. Entah itu cinta sungguhan atau hanya kepura-puraan.

Banyak yang datang sekedar membeli kesibukan. Mematut diri di depan cermin untuk menghabiskan tabungan kasmaran. Lalu memuaskan mata dengan pandangan yang entah.

Tapi, aku tidak suka dengan perempuan yang mudah terpesona—gampang bilang jatuh cinta. Sebab jatuh cinta adalah keindahan yang datang tidak di sembarang waktu.

Aku ingin berteman dengan siapa saja, dan menghabiskan banyak waktu untuk diskusi. Barangkali setelahnya, ada perihal lain yang mesti dijalani atas dasar penalaran yang serupa.

Ya, aku mengagumi perempuan yang sulit jatuh cinta, dan tidak memaksakan mencintai warnanya. Jika ada, aku segera menuju pasar malam dan membawanya berputar di atas bianglala.

Perempuan-perempuan tangguh dalam perasaan terlampau sulit kutulis menjadi puisi. Aku butuh sekolah untuk menulis dan memahami perkara perempuan. Ketika waktu telah mengajakku berdansa, ingin segera aku menuju samudera untuk menjaring segala hal tentang jatuh cinta.

Banyak kisah yang dituliskan waktu sebagai hafalan yang bikin pusing. Tapi, aku ingin mengenal seorang perempuan dan mengajaknya jatuh cinta saat berupa-rupa doa dipanjatkan seorang penghulu. Mungkin nanti.

Luwu, 2016

WAKTU

Tak ada yang perlu dirayakan
Saat jantung waktu berada dalam pelukanmu
Cukup seserahan doa yang menembus petala langit
Semoga Tuhan memberimu kejutan

Besok, ketika kau kehilangan waktu
Aku rela memberimu seluruhnya
Tentang perasaan
Biarlah aku luruh bersama waktu

Luwu, 2016

Catatan: Puisi-puisi ini sempat akan saya berikan kepada seseorang, namun karena hal yang entah, akhirnya urung. Karena itu, tanpa mengurangi keistimewaannya (jika ada), puisi-puisi tersebut saya persembahkan kepada siapa pun yang sedang berulang tahun—kapan saja. Semoga suka.


Komentar

Postingan Populer