AKU INGIN TIDUR DI BULAN MARET
Sungguh, aku selalu jatuh cinta pada jalanan yang pernah kita lewati saat hujan. Sesekali motor kita melaju di atas genangan air. Kau mengangkat kakimu untuk menghindari percikan air padahal badan kita telah kuyup seluruhnya. Aku ingin mendatangi genangan air itu dan bertanya: apakah kau masih menyimpan kenangan saat kami mengabaikanmu di sini?
Rentang waktu yang membentang pada pertemuan dan jatuh cinta adalah desa yang selalu berpelangi dan ingatan yang mengisi waktu sejak Maret itu adalah kota mati yang paling mengerikan.
Kita pernah menemukan jalanan paling sunyi di kota ini. Kita menyusuri dengan ketakutan yang kauubah menjadi lagu paling romantis—dan selalu kuputar saat aku tersesat di jalan manapun.
Aku seringkali berjalan tanpa keseimbangan dan kau boleh mendoakan apa saja yang terbaik untukku. Barangkali dekapan waktu paling hangat telah menjelma ketidakpedulian dalam gelas-gelas yang sengaja tidak kaucuci berbulan-bulan.
Suatu waktu aku menertawakanmu saat mengkhawatirkanku. Aku menikmati segala hal yang dijatuhkan ingatan pada lorong paling gelap. Seperti puisi ini; tak mampu menerangi jalan untuk pulang.
Aku pernah membayangkan perihal foto keluarga yang duduk manis di atas meja riasmu—ada gambarmu dan gambarku dengan sepotong malam yang kucuri untukmu. Bentuk bulan yang paling kusukai adalah senyumanmu, kataku. Gombal, katamu. Lalu bentuk bulan itu tidak pernah kembali lagi.
Kita buku yang pernah ditulis seorang pengarang hebat. Lalu ajal—yang tak kalah hebatnya—menjemputnya pada bulan Maret sebelum ia menyelesaikan kita. Begitulah, hingga aku ingin tertidur selama sebulan. Bangunkan aku pada awal April.
Rentang waktu yang membentang pada pertemuan dan jatuh cinta adalah desa yang selalu berpelangi dan ingatan yang mengisi waktu sejak Maret itu adalah kota mati yang paling mengerikan.
Kita pernah menemukan jalanan paling sunyi di kota ini. Kita menyusuri dengan ketakutan yang kauubah menjadi lagu paling romantis—dan selalu kuputar saat aku tersesat di jalan manapun.
Aku seringkali berjalan tanpa keseimbangan dan kau boleh mendoakan apa saja yang terbaik untukku. Barangkali dekapan waktu paling hangat telah menjelma ketidakpedulian dalam gelas-gelas yang sengaja tidak kaucuci berbulan-bulan.
Suatu waktu aku menertawakanmu saat mengkhawatirkanku. Aku menikmati segala hal yang dijatuhkan ingatan pada lorong paling gelap. Seperti puisi ini; tak mampu menerangi jalan untuk pulang.
Aku pernah membayangkan perihal foto keluarga yang duduk manis di atas meja riasmu—ada gambarmu dan gambarku dengan sepotong malam yang kucuri untukmu. Bentuk bulan yang paling kusukai adalah senyumanmu, kataku. Gombal, katamu. Lalu bentuk bulan itu tidak pernah kembali lagi.
Kita buku yang pernah ditulis seorang pengarang hebat. Lalu ajal—yang tak kalah hebatnya—menjemputnya pada bulan Maret sebelum ia menyelesaikan kita. Begitulah, hingga aku ingin tertidur selama sebulan. Bangunkan aku pada awal April.
Komentar
Posting Komentar