Di Depan Mataku Berdiri Pagar
Ta’awudz
Langit yang jenjang meruntuhkan awan-awan di dalam kepalaku.
Sementara lantai jiwaku adalah pengingkaran.
Bentang bumi serupa pelepah kurma.
Di atasnya tertulis kisah-kisah yang masih basah.
Di depan mataku berdiri pagar yang memisahkan ayat-ayat dan resah.
Orang-orang sibuk menghabiskan waktu dengan tawa,
dan melupakan kepada siapa jejak akan berakhir.
Mereka tenggelam dalam rencana demi lencana.
Mereka tidak merasakan getar firman dari suara alam.
Tangan-tangan berebut melewati rintangan, lalu lupa
berdoa dan lupa pada samudera api
yang menenggelamkan. Lubang telinga tak lagi menganga
dan mendengar riuh pesan yang disampaikan gerimis.
Hatiku gunung es yang tak cair karena matahari.
Beku dan pandai mengingkari.
Kepalaku gua tak berpenghuni. Gelap dan gemar lalai.
Seringkali, satu bahkan ribuan langkahku gemulai.
Jauh bertualang namun tak tepat arah.
Semakin purna kesempatan yang membentang
untuk kembali.
Kini, aku ingin sampai padaMu.
Lelah sudah memelihara binatang dalam tubuhku.
Aku ingin merengkuh segala yang Kau sebut indah
dalam lengang malamMu.
Bolehkah aku mengambil satu kesempatan dariMu lagi?
Langit yang jenjang meruntuhkan awan-awan di dalam kepalaku.
Sementara lantai jiwaku adalah pengingkaran.
Bentang bumi serupa pelepah kurma.
Di atasnya tertulis kisah-kisah yang masih basah.
Di depan mataku berdiri pagar yang memisahkan ayat-ayat dan resah.
Orang-orang sibuk menghabiskan waktu dengan tawa,
dan melupakan kepada siapa jejak akan berakhir.
Mereka tenggelam dalam rencana demi lencana.
Mereka tidak merasakan getar firman dari suara alam.
Tangan-tangan berebut melewati rintangan, lalu lupa
berdoa dan lupa pada samudera api
yang menenggelamkan. Lubang telinga tak lagi menganga
dan mendengar riuh pesan yang disampaikan gerimis.
Hatiku gunung es yang tak cair karena matahari.
Beku dan pandai mengingkari.
Kepalaku gua tak berpenghuni. Gelap dan gemar lalai.
Seringkali, satu bahkan ribuan langkahku gemulai.
Jauh bertualang namun tak tepat arah.
Semakin purna kesempatan yang membentang
untuk kembali.
Kini, aku ingin sampai padaMu.
Lelah sudah memelihara binatang dalam tubuhku.
Aku ingin merengkuh segala yang Kau sebut indah
dalam lengang malamMu.
Bolehkah aku mengambil satu kesempatan dariMu lagi?
Komentar
Posting Komentar