TENTANG RESHUFFLE KABINET (INI HANYA PENDAPAT BUKAN PENGHINAAN)

Bismillah. 

Tulisan ini adalah coretan seorang pemuda yang buta akan politik dan pemerintahan. Jika terdapat hal-hal yang jauh dari fakta politik, maafkan sajalah.

Baru seumur jagung, Kabinet Kerja sudah dilanda kabar reshuffle. Dengan berbagai alasan, beberapa menteri, katanya, segera diganti. Dan hari ini, 12 Agustus 2015, kabar itu tidak hanya sekedar “katanya” tapi telah menjadi kenyataan. Presiden mengganti lima menteri dan juga mengganti sekretaris kabinet.

Rapor beberapa menteri yang jeblok dan berbuntut pada ketidakpuasan rakyat atas kinerja pemerintahan era Pak Jokowi mungkin adalah salah satu alasan kuat untuk segera melakukan reshuffle. 

Apalah saya ini. Saya bukan pengamat politik dan pemerintahan yang hebat mengeluarkan statement seperti yang sering muncul di layar televisi. Tapi saya juga berhak untuk mengeluarkan pendapat, tho? 

Saya sebenarnya orang yang antipati dengan masalah seperti ini. Tapi sebagai warga negara yang juga memiliki satu suara, saya menyempatkan diri untuk menulis unek-unek saya.

Menurut saya, kinerja menteri yang kurang memuaskan dalam mengurus bidang yang dibawahinya tentu bukan tanpa penyebab. Banyak faktor yang membuat hal ini bisa terjadi. Maka izinkanlah saya memandang permasalahan ini dari kacamata politik awam yang saya miliki. Salah satu faktor yang menurut saya memengaruhi kinerja menteri menjadi kurang memuaskan adalah pendekatan dan motivasi yang kurang baik dari atasan itu sendiri, dalam hal ini adalah Pak Presiden.

Sebagai mantan mahasiswa yang pernah berorganisasi di HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) saya menyadari betul bagaimana peran pemimpin dalam melakukan pendekatan kepada bawahannya. Di awal roda kepengurusan, ketua HMJ di jurusan saya pada waktu itu sangat aktif dalam melakukan pendekatan emosional kepada seluruh bawahannya. Akhirnya, proker pun berjalan sesuai harapan. Ketua HMJ yang pandai memberi motivasi kepada kami mampu membangkitkan semangat kami dalam melaksanakan tugas masing-masing. Ruangan HMJ kami pun selalu ramai setiap hari. Namun di tengah perjalanan, entah karena hal apa ketua HMJ kami mulai ogah-ogahan mengurus keaktifan organisasi tersebut. Buntutnya, seluruh mahasiswa yang tergabung dalam HMJ itu menjadi loyo. Proker pun akhirnyai berantakan. Ruangan HMJ berubah menjadi sepi. Senior-senior mulai gerah. Dan puncaknya laporan pertanggung jawaban kami di tolak pada saat sidang di Musyawarah Jurusan. Kinerja pengurus HMJ selama setahun mendapat rapor merah.

Itulah sedikit gambaran mengenai pengalaman saya berorganisasi dalam organisasi yang skalanya sangat kecil dibanding pemerintahan suatu negara. Pemimpin yang baik tidak hanya jago dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyentuh langsung kepada masyarakat. Tapi juga pandai dalam menggenjot dan memotivasi bawahannya agar tetap semangat dalam melasanakan tugas-tugasnya. Apatah lagi, menteri-menteri dalam Kabinet Kerja adalah orang-orang pilihan Pak Presiden. Mungkin banyak diantara mereka menjadi orang yang mati-matian membela Pak Jokowi pada PILPRES tempo hari. Tentunya Pak Presiden sudah memiliki kedekatan dan penilaian khusus sebelum memilih mereka menjadi menteri. Tinggal bagaimana memberi mereka motivasi dalam mengurus negeri ini.

Maaf, seperti itulah pandangan saya mengenai masalah reshuffle ini. Saya sadar pendapat saya mungkin hanyalah alasan kecil dalam memberikan penilaian kepada menteri dalam suatu pemerintahan. Masih banyak faktor lain yang menjadi tolak ukur untuk kesuksesan seorang menteri.

So, tulisan saya hanyalah tentang pendapat bukan penghinaan. Mohon dicatat! Apalah saya ini? Saya hanyalah salah satu sarjana pengangguran yang masih menunggu ijabah atas doa saya kepada Sang Pemilik Hidup untuk segera diberi rezeki yang cukup agar kelak bisa melamar seorang gadis pujaan hati. Eh, maaf. Mulai salah fokus.

Finally, sebagai warga negara yang berusaha menjadi baik, saya percaya apapun yang dilakukan Pak Presiden adalah sesuatu yang sudah melalui tahapan demi tahapan pertimbangan yang sangat matang. Harapan saya semoga pergantian menteri ini bisa membawa perubahan yang nyata untuk bangsa. Setidaknya bisa membuat nilai tukar rupiah yang saat ini lemah, lemas, dan letih itu kembali menguat.

Terakhir, agama saya mengajarkan untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri—tentunya untuk Ulil Amri yang tidak menzalimi rakyatnya. Jadi saya hanya bisa berdoa semoga setiap sesuatu yang dilakukan Pak Presiden adalah langkah konkret yang akan membawa negeri yang saya cintai ini menuju “Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur”.

Amin, Allahumma Amiin.

Komentar

Postingan Populer