Kenangan yang Sulit
Saat rinduku lebih banyak kuungkapkan lewat puisi. Lihatlah kata demi kata yang dikirim Malaikat untukmu. Ingin sekali kupadamkan bara rindu dengan temu. Tapi menepi tentu pilihan lain yang lebih baik.
Tak perlu memutar ingatan pada janji-janji. Sebab perpisahan adalah kutukan ingkar yang paling nyata.
Saat ini, barangkali kita telah menemukan rumah masing-masing. Meski tak seteduh di bawah atap yang dulu.
Kenang adalah kebiasaan baruku. Sembari menikmati segelas teh dalam pelukan jemariku —meski tak sesempurna seduhan tehmu— kularutkan rindu yang teramat menggumpal.
Setiap hari aku berjalan di bawah kolong langit. Berputar bersama kesibukan seadanya di hamparan sawah. Aku hendak mengusir hantu kenangan. Tapi, tentu kau tahu, melupakan adalah kebodohan paling konyol.
Ah, sudahlah. Aku sudah lupa cara tersenyum saat kunikmati senyummu di depan monitor. Kenangan terlalu buruk mengangkangi hidupku. Serupa roda-roda yang menggilas aspal panas, fatamorgana tetap disitu.
Komentar
Posting Komentar