Pagi di Sini Selalu Lebih Indah


Saya tidak ingin kehilangan satu pun pagi di tempat ini—sebuah dusun tempat saya dilahirkan. Kebiasaan baru saya beberapa hari ini adalah duduk di beranda rumah sembari menghirup udara segar. Saya menarik nafas dalam-dalam dan menikmati setiap milisecond-nya. Dan semua itu menjadi lengkap dengan kicaun burung-burung yang bersahutan di pohon mangga depan rumah. 

Saya selalu melakukan rutinitas baru itu kira-kira pukul 05.20-05.45. Dalam rentang waktu tersebut, cahaya belum tersingkap sempurna. Sesekali kokok ayam pun menyela diantara kicauan burung-burung tadi. Dan saya sangat suka. Selalu suka.

Setidaknya, menghabiskan sedikit waktu dalam romansa alam serupa itu membuat saya selalu mengingat satu kata pada permulaan hari; syukur. Pada detik-detik selanjutnya, saya pasti bersemangat untuk menyalakan laptop dengan niat menulis sesuatu, apa saja. Walaupun pada akhirnya saya hanya mampu menyetel musik dan sering larut dalam alunan lagu yang kebanyakan mendayu-dayu mengharu biru—jenis musik kesukaan saya. 

Jujur saja, saya ingin menutup pagi dengan indah sebelum memulai aktivitas dengan menyeruput segelas teh hangat sambil menikmati acara berita atau ceramah pagi di TV. Namun saya baru tersadar, ternyata terhitung sampai 2 Januari 2016 ini, saya masih tercatat sebagai seorang pengangguran. Ah, pagi masih panjang rupanya. 

Baiklah, semoga Selasa lusa Tuhan melancarkan semuanya. Saya akan kembali ke sekolah tempat saya pernah jatuh cinta kepada seorang perempuan cantik dengan status yang berbeda—bukan siswa lagi.

Komentar

Postingan Populer