Aku Bukan Rumah yang Teduh

Tak perlu mengetuk pintuku untuk menemukan kehangatan. Disini kau hanya akan mendapatkan ruangan kosong yang memilukan. Jika kau sudah merasa seperti Fatimah, kau tak perlu mati-matian mencari sosok Ali yang akan menuntunmu menuju Jannah dalam diriku. Hatiku tidak seperti hati orang kebanyakan. Hanya segumpal daging yang benar-benar hitam oleh nokta-nokta yang terus menodainya sepanjang perjalanan dalam ketukan demi ketukan detik hidupku.

Tak usah kau mengetuk pintuku untuk menemukan setetes zam-zam yang akan menghapus dahaga. Rumahku benar-benar hampa. Tak kan ada orang yang mampu bertahan di dalamnya. Kau hanya akan menemukan kesedihan bila berteduh di bawah atapnya. 

Aku tak kan mampu memberi kebahagiaan seperti angan-angan dalam kepalamu. Kau tidak bisa menemukan Surga yang teduh bersamaku. 

Pergilah! Rumahku belum mampu menaungimu saat ini. Berjalanlah meninggalkan halaman rumahku yang begitu tandus. Aku takut mempersilakanmu menetap di dalamnya. Pergilah! Rumahku terlalu buruk untuk menjamumu. Aku tidak ingin pakaian imanmu ternoda oleh debu-debu hina di rumahku. 

Pergilah! Berjalanlah sampai punggungmu tak lagi kulihat di ujung persimpangan. Meski berat merelakanmu berlalu, tapi ini lebih baik daripada menahanmu. Surga yang kau inginkan bukan disini. Aku bukan rumah yang teduh untukmu. Aku masih ingin berbenah. Istiqamahku belum cukup menjadi atap yang mampu melindungimu dari terik dan hujan. 

Di depan sana, aku yakin ada rumah yang tepat bagimu. Tempatmu membasuh segala peluh dan tempatmu merasa teduh mengagungkan ayat-ayat Ilahi. Berjalanlah kesana.

Juli 2015

Komentar

Postingan Populer