Kisah Kehormatan Perasaan
Lalu adakah kisah cinta yang mampu menandingi kehormatan perasaan antara Ali dan Fatimah. Mereka saling menyimpan perasaan sementara terus mempersiapkan diri menunggu waktu yang tepat. Bahkan setan pun tidak pernah tahu bahwa diantara mereka ada rasa suka yang tumbuh. Mereka menjaga kehormatan perasaan meski sesekali diwarnai rasa cemas, apalagi ketika Fatimah mulai dilamar oleh beberapa laki-laki Arab yang kualitas imannya sudah tidak dipertanyakan lagi dan materinya pun terlampau jauh dari apa yang dimiliki oleh Ali. Namun cinta itu adalah bersabar. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Cinta yang sejati adalah ketika kita menyerahkan seutuhnya perasaan kepada Sang Maha Cinta. Terus memperbaiki diri dalam cobaan apapun. Dan lihatlah, Ali bin Abi Thalib, Khulafaur Rasyidin ke 4 yang hartanya hanyalah pedang dan baju besi perangnya mampu mempersunting Fatimah Azzahra binti Rasulillah dan menjadikannya sebagai istri pendamping hidupnya. Terus dan teruslah menanti dalam proses memantaskan diri sampai tiba waktu yang tepat tanpa harus lagi mengorbankan kehormatan perasaan.
Komentar
Posting Komentar