Kenangan Tentang Rindu

Kenangan Tentang Rindu
   Bintang tak menggantung di langit malam ini. Hanya bulir-bulir air hujan yang menyentuh gelapnya malam. Turun perlahan membasahi dedaunan yang tidak nampak hijau lagi diperdaya gelap. Di serambi gubuk renta ini aku menyeruput penuh hikmat segelas teh hangat. Rasanya manis di tengah hujan dalam selimut malam. Terdengar suara kodok bernyanyi, gempita menyambut tetesan demi tetesan dari sang awan. Bau tanah menyeruak tercium. Semakin kumenikmati keadaan ini, semakin aku merindu. Ya, rindu kepadamu di seberang pulau. Ribuan kilometer membentang di antara luasnya lautan yang memisahkan raga kita. Hujan memang memorable. Membawaku hanyut di dalam kenangan manis yang pernah kita lalui bersama. Aku rindu saat kau menyeduhkanku segelas teh manis dengan cekatan. Asapnya mengepul tersenyum manis melihat kemesraan kita. Aku rindu saat kita duduk bersama di beranda sembari menatap rawa yang mulai panik menampung hujan yang entah sampai kapan akan reda. Sesekali kau mencubit mesra lenganku. Aku rindu semua itu. 
   Lalu kapan kita akan memadu kasih lagi? Rindu ini telah menumpuk. Aku sekali lagi menyeruput teh hangat di tanganku. Menikmati sepi, memeluk rindu di malam yang syahdu. Kulukis kembali wajahmu di awal Februari di tempat ini—tempat yang telah kujanjikan padamu untuk melengkapi puzzle kisah kita. Untukmu yang tersenyum manis (…)
(Kutulis pada awal Februari disaat semuanya masih baik-baik saja dan rindu menggantung indah saat itu)

Komentar

Postingan Populer